BI NTB Dorong Peningkatan Produktivitas Kelompok Tenun Dengan ATBM
Cari Berita

Pasang iklan

 

BI NTB Dorong Peningkatan Produktivitas Kelompok Tenun Dengan ATBM

Sabtu, 27 Juli 2019

Foto : Para peserta kelompok tenun saat mencoba ATBM.

GERBANGNTB.ID
MATARAM. Lotim - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB bersama Pemerintah Daerah Kab. Lombok Timur, Dinas Perindustrian Provinsi NTB, dan BPD NTB Syariah telah menginisiasi pengembangan klaster tenun di Desa Pringgasela pada tahun 2016 lalu dengan melibatkan 5 (lima) kelompok tenun diantaranya Kelompok Sentosa Sasak Tenun, Kelompok Aman Maksan, Kelompok Seleman Adil, Kelompok Pesiraman, dan Kelompok Sundawa Makmur.

Dalam perjalanan pengembangan klaster tersebut, klaster didorong untuk berkembang dengan diberikan bantuan teknis seperti pelatihan pewarnaan alami, pembuatan motif, perluasan akses pasar, pemanfaatan pemasaran digital, pengelolaan kelembagaan dan keuangan kelompok serta berbagai pelatihan lainnya yang mampu menjadi katalis peningkatan kapasitas kompetensi anggota kelompok.

Menginjak tahun ke-4 proses pengembangan klaster tersebut, BI NTB berupaya mendorong penggunaan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) agar terjadi peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya, sehingga dapat memenuhi permintaan yang semakin meningkat dengan harga jual produk tenun yang semakin kompetitif.

Dalam rangka memaksimalkan penggunaan ATBM tersebut, kali ini BI NTB menyelenggarakan Pelatihan Keterampilan Dasar Mehani dan Alat Tenun kepada klaster tenun binaan pada tanggal 25 Juli – 8 Agustus 2019. Pelatihan tersebut bertempat di Lombok Timur (Lotim) dan diikuti oleh 10 (sepuluh) orang anggota kelompok klaster pringgasela dan 5 (lima) orang anggota kelompok kembang kerang.

Suwarha, Manajer di BI NTB, dalam sambutannya menyampaikan dalam pelatihan ini diharapkan seluruh peserta dapat memanfaatkan ilmu terkait dengan mehani dan menenun dengan menggunakan ATBM sehingga ke depan produktivitas dapat ditingkatkan. Peluang pasar saat ini cukup tinggi. Untuk pasar lokal di Provinsi NTB sendiri, dengan adanya himbauan untuk pegawai negeri memakai pakaian tenun seminggu sekali berpotensi akan meningkatkan permintaan. Ditambah lagi permintaan wisatawan, baik domestik maupun  mancanegara.

Wignyo, owner Tenun Gaya sebagai pelatih, menambahkan bahwa pentingnya keseriusan dalam menenun juga dibutuhkan dalam upaya peningkatan produktivitas. "Kain tenun  NTB telah memiliki ciri khas yang unik yang belum terdapat di wilayah lain. Namun demikian, tetap membutuhkan peningkatan kualitas seperi peningkatan lebar kain. Selain itu, kendala dan tantangan harus dihadapi, terkait penyusutan kain dan harga kain. Diharapkan dengan adanya ATBM dapat menjadi solusi untuk tantangan dan kendala tersebut", ungkap Wignyo Rahadi. (G. NTB/hms BI Mataram)