BI Dorong Hilirisasi Komoditas Dalam Diseminasi Laporan Perekonomian NTB
Cari Berita

Pasang iklan

 

BI Dorong Hilirisasi Komoditas Dalam Diseminasi Laporan Perekonomian NTB

Selasa, 16 Juli 2019


Foto : Sekretaris Daerah Provinsi NTB Ir.Iswandi,M.Si yang dihadiri oleh peserta dari OPD/dinas terkait dari Provinsi NTB dan kota/kabupaten di Provinsi NTB. Sedangkan sebagai narasumber adalah Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB  Achris Sarwani, Kepala Kantor Wilayah Perbendaharaan Negara Provinsi NTB Syarwan, SE, MM,  perwakilan dari Universitas Mataram Dr. Firmansyah, Perwakilan dari Universitas Gajah Mada Dr. Ir. H. Nugroho Widiasmadi M.Eng,dariFakultasPertanian Universitas Padjajaran Tomy Perdana, Agrilogics dan sebagai moderator adalah Wahyu Ari Wibowo, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB. 

GERBANGNTB.ID
MATARAM.- Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB menggelar acara yang bertajuk Diseminasi Laporan Perekonomian - Hilirisasi Komoditas Sektor Utama NTB Dalam Mendorong Daya Saing Ekonomi Daerah.

Acara ini merupakan forum strategis yang mendiseminasikan hasil pemikiran Bank Indonesia terkait perkembangan ekonomi terkini dan peluang kedepan. Pada hari Senin (15/7/2019).

Tahun 2018, diseminasi mengangkat tema terkait pariwisata yang merupakan salah satu sektor unggulan dan potensial untuk pemulihan ekonomi paska gempa bumi. Tahun 2019, tema yang diangkat terkait hilirisasi komoditas utama pertanian.

Sektor pertanian ini merupakan salah satu sektor utama dengan _share_ terbesar dalam PDRB yaitu 23,41% (Tw I-2019) dan menyerap  864 ribu tenaga kerja (36%). Demikian strategisnya sektor pertanian ini, Bank Indonesia menggandeng beberapa narasumber yang akan membahas dan memberikan sumbangsih pemikiran terkait hilirisasi komoditas pertanian. Percepatan pertumbuhan ekonomi diperlukan untuk meningkatkan PDRB yang berpotensi dapat mengurangi kemiskinan.

Berdasarkan hasil kajian Bank Indonesia diperlukan sekitar 36 tahun untuk meningkatkan PDRB 2 (dua) kali lipat dengan asumsi pertumbuhan hanya 2% (yoy) per tahun. Sedangkan jika dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 5% (yoy) per tahun diperlukan waktu sekitar 12-15 tahun untuk meningkatkan PDRB 2 (dua) kali lipat. Sehingga dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka tingkat kemiskinan di NTB sebesar 14,56% dapat lebih cepat diatasi.

Acara tersebut langsung dibuka oleh Sekretaris Daerah Provinsi NTB Ir.Iswandi , M.Si yang dihadiri oleh peserta dari OPD/dinas terkait dari Provinsi NTB dan kota/kabupaten di Provinsi NTB. Sedangkan sebagai narasumber adalah Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB    Achris Sarwani, Kepala Kantor Wilayah Perbendaharaan Negara Provinsi NTB Syarwan, SE, MM,  perwakilan dari Universitas Mataram Dr. Firmansyah, Perwakilan dari Universitas Gajah Mada    Dr. Ir. H. Nugroho Widiasmadi M. Eng.,    dari Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran  Tomy Perdana, Agrilogics dan sebagai moderator adalah Wahyu Ari Wibowo, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB.

Iswandi SE. M.Si.,  mengemukakan bahwa kegiatan yang diadakan oleh Bank Indonesia sangat strategis dalam mendukung program pemerintah daerah di Provinsi NTB. "Industrialisasi menjadi program unggulan NTB. Kita ke depan dituntut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan. Selain sektor pertanian, sektor lainnya diharapkan juga menjadi penopang pertumbahan ekonomi. Diperlukan sinergi antar pemerintah provinsi, kabupaten/kota, pelaku usaha dan perbankan untuk mensukseskan hilirisasi komoditas sektor utama", tambah Iswandi.

Sementara Achris Sarwani mengemukakan, "Ekonomi NTB paska gempa sudah mulai menunjukkan pertumbuhan yang positif, namun masih rendah. Tantangan ekonomi terkait eksternal juga mempengaruhi ekonomi NTB. Di sisi lain, SDA yang cukup besar memiliki potensi untuk dimanfaatkan". Selain itu, menurut Achris Sarwani, tantangan alam dihadapi oleh sektor pertanian di Provinsi NTB. Peluang di Sektor Pertanian di NTB memiliki peluang yang besar. " _Success story_ dari beberapa negara seperti Australia, New Zealand, dan Thailand dapat menjadi contoh.

Hasil komoditas seperti jagung, kopi, minyak atsiri, kelapa, sayur mayur, tembakau, ikan, rumput laut dan daging menjadi komoditas yang berpeluang besar untuk ditingkatkan nilai tambahnya melalui hilirisasi", jelas Achris Sarwani pada sesi awal diskusi.

Syarwan, Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTB menjelaskan dari sisi fiskal, "Salah satu tantangan dari Provinsi NTB adalah fiskal. Indeks kapasitas fiskal di provinsi dan kota/kabupaten masih rendah. Artinya ketergantungan terhadap pemerintah pusat masih tinggi. Sampai dengan Juni 2019 realisasi belanja modal dan DAK fisik masih rendah. Sedangkan Dana Desa telah berjalan secara optimal "ujarnya.

Dr. Firmansyah, menjelaskan terkait dengan industrialisasi merupakan proses sosial ekonomi yang mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Maka, industrialisasi yang paling mendasar adalah merubah cara pandang, kebiasaan dan nilai-nilai itu. "Landasan dasar industrialisasi NTB adalah memerlukan perbaikan faktor produksi bahan baku (modal, luas lahan, tenaga kerja), literasi kultur masyarakat, struktur pasar, dan memasuki pasar berbasis platform", tambah Firmansyah.

"Regenerasi petani kedepan akan menjadi permasalahan krusial. Diperlukan upaya untuk mengembangkan sektor pertanian yang terintegrasi ( _integrated ecofarming_). Konsep _Integrated Ecofarming_ berbasis MA-11 sebagai salah satu jawaban. Dalam integrasi sapi dan palawija salah satu contohnya, pupuk organik (superbokashi) diproses hanya 1 (satu) malam dan pakan organik (superfeed) diproses hanya 3 (tiga) malam. Dengan cepatnya proses ini, produktivitas pangan tentunya akan meningkat", ungkap Dr. Ir. Nugroho Widiasmadi M. Eng.

Tomy Perdana, Agrilogics Fakultas Pertanian Unpad, menambahkan, "Rantai pasok masa depan akan langsung ke konsumen, melalui distributor,  dan supermarket, atau dari petani langsung ke horeka (hotel, restoran dan cafe). Diperlukan ekosistem dari layanan nilai untuk memuaskan permintaan konsumen. Selain itu diperlukan kecerdasan buatan memberikan akses informasi permintaan konsumen secara langsung, akurat, cepat, dan independen. Layanan jasa menjadi penting untuk memberikan nilai tambah dalam sebuah produk. Rantai nilai agribisnis sebagai suatu sistem lebih mudah  memulai dari sisi output,  dengan memulai memahami pasar, nilai tambah, melibatkan dan edukasi konsumen," ungkapnya.

Pada akhir sesi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Kantor Wilayah Perbendaharaan Negara Provinsi NTB, Sekda Provinsi NTB, Biro Ekonomi Kota/Kabupaten di Provinsi NTB bersepakat untuk untuk mengoptimalkan potensi pada sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan) guna menciptakan nilai tambah ekonomi yang lebih besar.
Selain itu juga bersepakat untuk bersinergi guna melakukan hilirisasi komoditas pada sektor pertanian tersebut. (G. NTB/tim)