"Kecamatan Kilo hari ini Telah Dijajah Secara Pelan-Pelan, Masyarakat Diam, Tertunduk Malu"
Cari Berita

Pasang iklan

 

"Kecamatan Kilo hari ini Telah Dijajah Secara Pelan-Pelan, Masyarakat Diam, Tertunduk Malu"

Senin, 12 April 2021

"Kecamatan Kilo hari ini Telah Dijajah Secara Pelan-Pelan, Masyarakat Diam, Tertunduk Malu".

Oleh : Agus Setiawan S. Pd
(Alumni IKIP Mataram Tahun 2020)

GERBANGNTB COM

DOMPU. - Kecamatan Kilo adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Dompu - NTB, yang cukup andil terbentuknya Wilayah Kabupaten Dompu tahun 2006 silam.

Kecamatan Kilo terletak di bagian barat, secara geografis terletak antara 08 07’ – 09 30’ Lintang Selatan dan 118 05’ – 118 30’ Bujur Timur. Kecamatan Kilo disebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima. Sebelah selatan dengan Kecamatan
Manggelewa dan Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, sebelah Barat
berbatasan dengan Laut Flores dan di sebelah Timur berbatasan dengan
Kecamatan Woja. (BPS 2019).

Berdasarkan data BPS tahun 2019, Kecamatan Kilo memiliki luas 235,00 Km2
terdiri dari 6 desa, 49 dusun dan 107 Rukun Tetangga. dengan jumlah penduduk 13.555
jiwa terdiri dari laki-laki 6.905 jiwa dan perempuan 6.650 jiwa.

Kecamatan Kilo berada pada pusaran perut Kabupaten Bima, yang dimana bagian kilo Barata dan Selatan berbatasan dengan Sanggar dan kilo bagian Utara dan Timur berbatasan langsung dengan kecamatan Sanggar yang keduanya adalah wilayah teritorialnya Kabupaten Bima.

Pada dasarnya kilo memiliki banyak potensi, dari 235.00 km2 daratan kilo adalah Laut dan pegunungan. Pada sektor kelautan dapat dimanfaat sebagai sumberdaya kelautan atau pelaut, Juga sepanjang pantainya memiliki pasir putih dan pemandangan sangat indah Sebagai Pengembangan sektor pariwisata. Sementara pada sektor pegunungan masyarakat kilo dipergunankan sebagai lahan Pertanian jagung sebagai komuditas utama.

Jika merujuk dari potensi diatas seharus Kilo hari ini sudah menjadi kecamatan yang maju dengan pesat. Namun pada perkembangannya memiliki kendala yang sudah komplikasi. Sebut saja dari kesediaan Sumber Daya Manusia (SDM) nya yang terbatas mengelolah sektor produktif yang ada dari mengelolah pariwisata, pertanian, perikanan dan lainya.

Hal itu juga sejalan dengan kurangnya perhatian Pemerintah, baik Pemerintah Desa maupun Pemkab Dompu. Kurangnya pengalokasian anggaran terhadap sektor pemberdayaan menjadi jawaban atas kurangnya inovasi dan produtifitas masyarakat.

Permasalahan yang paling urgen adalah, sampai detik ini Kilo tidak memiliki lembaga Keuangan Kecamatan, tidak adanya infrastruktur yang memadai seperti halnya Unit Bank, Unit Pegadaian, Pasar Rakya, dan fasilitas penunjang kesehatan, Pariwisata, Pertanian, serta kelautan, ini menjadi alasan yang komprehensif. Jika kita bandingkan dengan Kecamatan Sanggar dan Manggelewa yang secara infrastruktur sudah memadai, terlebih khusus Lembaga keuangan, pasar, pegadaian dan lainya.

Selain infrastruktur diatas, kilo memiliki akses yang cukup jauh dari pusat kota, membutuhkan waktu -+1 jam jarak tempuh. Tidak heran jika Kilo masih bergantung pada kecamatan Sanggar dan manggelewa. Kita tidak heran kemudian kilo tertinggal, sebab perputaran uang akan ke Sanggar dan manggelewa, terlebih kilo bagian selatan yakni, Desa Mbuju dan Desa Taropo yang jangkauanya sangat dekat.

Naif memang tidak hanya pada sektor infrastruktur penunjang nampaknya kilo Juga masih bergantung pada tenaga kerja yang masuk dari sanggar. Contohnya saja Lembaga Pendidikan TK, SD dan SMA terdapat banyak tenaga pendidik yang dipekerjakan, sementara putra asli kilo menjadi pengangguran. Pun Lembaga Pemerintahan memiliki clue (masalah) yang sama. Contohnya saja PLT Camat Kilo hari ini adalah putra asli sanggar. Ini bukan semata karena putra kilo tidak memiliki kapabilitas untuk menduduki posisi tersebut, melainkan ini kembali pada kebijakan Pemerintah sebagai pengambil kebijakan.

"Saya dapat katakan bahwa kilo hari ini dirampas hak-haknya, dijajah secara pelan-pelan, dan masyarakatnya hanya diam tertunduk malu".

Sebagai masyarakat kilo saya mengajak seluruh elemen masyarakat, Pemuda dan Mahasiswa untuk bahu membahu untuk bangkit bersama-sama.  (**)